Sabtu, 27 Juli 2013

Gagal Anniversary

Diana dan Marco, sejoli yang sudah hampir setengah tahun ini menjalin hubungan jarak jauh alias LDR. Diawal hubungan mereka, semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Diana bahagia dengan hidupnya sekarang, begitu juga dengan Marco yang bahkan lebih bahagia lagi. Marco terlihat sangat mencintai kekasihnya itu. Suatu hari, saat mereka bertemu disuatu mall, tiba-tiba datang beberapa orang gadis remaja yang sepertinya Marco kenali. Merka terlibat suatu pembicaraan, dan tiba-tiba…salah seorang gadis itu menggelitik pinggang Marco dengan sengaja,sepertinya. Diana yang sedari tadinya hanya menjadi tembok disamping Marco jelas terkejut dan langsung terbakar api cemburu. Diana langsung ambil langkah seribu menjauh dari mereka semua. Marco yang terkejut dengan reaksi Diana langusng dengan sigap mengikuti langkah Diana, tapi sayangnya Diana sudah tidak bisa membendung emosinya lagi, ia terus berlari dan tidak menggubris apa yang Marco lakukan, ia tidak ingin terlihat menangis didepan lelaki seperti Marco.
Kejadian beberapa bulan yang lalu itu ternyata hanya bagaikan sebuah kerikil kecil yang mengganggu hubungan mereka. Dan sekarang, sehari sebelum Diana berulang tahun, Marco terlihat sibuk sekali, bahkan Diana sudah jarang dihubunginya. Diana berpikir bahwa Marco sedang menyiapkan suatu kejutan besar yang mungkin takkan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tapi saat hari ulang tahun Diana tiba, Marco justru bukanlah orang pertama yang mengucapkan ‘selamat’ padanya. Justru orang dimasa lalu Diana-lah yang menjadi orang pertama. Tapi Diana masih tetap punya harapan besar, bahwa Marco pasti datang dengan kejutannya sendiri. Tapi hingga hari akan berganti, Marco tak kunjung datang kerumahnya. Diana melewatkan malam perayaan ulang tahunnya tanpa kabar sedikitpun dari kekasihnya. Dan akhirnya saat malam datang,semua orang sudah terlelap, dan bulan sudah hendak berganti mentari, Diana menangis dan termenung sendiri di kamarnya yang berukuran sedang. Ia sangat sedih dan terpukul. Dan mulai hari itu Diana ingi  berhenti berharap dan berhenti percaya pada Marco. Hatinya benar-benar hancur karna ketidak pekaan Marco pada perasaannya. Dan ia terlelap dalam tangisnya yang mesih mengalir.
***
Sekitar seminggu lamanya Diana mencoba untuk menata kembali perasaannya. Ia masih saja memaafkan Marco. Dan hingga akhirnya hari itu Marco datang bersama dengan sebuah bobeka panda yang lucu dan menggemaskan. Diana senang karna mimpinya bukan tidak terwujud, tapi hanya tertunda beberapa waktu, mungkin itulah buah dari kesabarannya selama ini. Dan Diana berharap suatu saat kejadian itu tidak terulang kembali.
***
Waktu terus berputar hingga berganti hari, hari berputar hingga menjadi bulan,dan akhirnya bulan menjadi tahun. Yah…Diana sanagt menunggu-nunggu momen yang indah ini. Momen dimana ia dan Marco merayakan hari jadi mereka yang pertama. Marco yang notabene kekasih pertama Diana jelas mebuat Diana mulai berani untuk berangan-angan dan berharap. Jika di sekolahnya Diana sering kali dijadikan tempat curhat teman-temannya yang sedih maupun bahagia, kali ini ia merasa ingin menyimpan semua angannya itu seorang diri. Dan ketika hari itu benar-benar datang, Diana begitu antusias menyambutnya. Pada malam pergantian hari, Diana menerima sebuah pesan.
From : Marco
makasih sayang atas kesabaran yang sudah kamu berikan selama setahun ini :* aku sayang kamu :* selamanya :*
Diana tersenyum geli membaca pesan itu, hatinya berlonjak bahagia. Setelah dibalasnya pesan itu, Diana mulai terlelap dalam kebahagiaan yang masih menggelora dalam kalbunya.
***
            Diana terbangun dari tidurnya dengan senyum yang masih mengembang. Hari itu ia benar-benar semangat menjalani harinya. Dengan langkah pasti ia memasuki lapangan sekolahnya, lalu menuju kelasnya. Sepulang sekolah, Diana langsung membuka handphone-nya, tidak ada pesan. Lalu Diana memutuskan untuk mengirim pesan pada Marco. Tapi sayangnya, pesan itu tidak terkirim, Diana mulai merasakan sedikit kesedihan dalam benaknya. Hingga siang hendak berganti sore, barulah Marco membalas pesannya. Ternyata seharian itu Marco menikmati tidurnya. Hati Diana seakan meloncat keudara dan terjatuh ketanah. Sangat sedih dan kecewa. Dengan sedikit enggan Diana berjalan keluar rumah dan berangkat les sore itu.
            Sepulangnya dari teempat les, Diana membalas pesan Marco hanya dengan emoticon smile. Lalu datanglah balasan dari Marco.
From: Marco
udah pulang? :* udah dirumah? :*

Dengan cepat Diana menjawab pesan itu. Dan sembari menunggu balasan dari Marco, Diana kembali berangan-angan bahwa Marco sudah terduduk manis di teras rumahnya seperti biasanya. Tapi saat sampai di rumah dan tidak melihat batang hidung Marco, Diana kembali menelan kekecewaan dalam hatinya. Diana memilih menyembunyikan dirinya di  kamarnya, ia butuh menenangkan dirinya. Diana hanyalah seorang gadis remaja biasa yang memiliki sejuta angan-angan yang mungkin mustahil untuk terjadi dalam hidupnya. Ia juga ingin merasakan apa yany remaja lain rasakan. Merasakan indahnya momen anniversary walau hanya sebentar, setidaknya mereka bisa berjumpa. Hanya untuk saling pandang saja sudah cukup. Diana ingin ini menjadi momen terindah, bukan yang sebaliknya. Perlahan air mata bening Diana kembali bergulir dan membasahi pipinya yang tembem itu.
            Hingga hari mulai larut, Diana masih merasa belum bisa juga memaafkan Marco. Tapi saat ia ingat suatu pesan bahwa mendendam itu tidak baik, maka akhirnya Diana memilih untuk berbaikan dengan Marco. Walaupun dalam hatinya masih terdapat luka, tapi Diana mencoba untuk tetap berpikir secara baik dan positif saja. Padahal beberapa minggu sebelum ini semua terjadi, ada seorang teman Diana yang menganggapnya bodoh karna terlalu baik mau memaafkan orang yang dianggap tidak sungguh-sungguh meminta maaf, tapi Diana tetap tulus memaafkan orang-orang itu. Dan Diana berusaha berpikiran bahwa gagal anniversary itu bukan berarti semua kehidupannya hancur. Ia membangun kembali pertahanan hatinya dan melanjutkan hidupnya kambali dengan penuh kesabar dan ketulusan yang masih ia miliki.
***
            Alunan lembut gitar kesayangan Diana terdengar hingga ke rumah tetangganya, hingga membuat para tetangga rasanya ingin melempari Diana dengan sandal. “ Dek, berisik tau! “ tegur Ibu Diana dari dalam rumah. Mendengar ibunya yang sangat sabar itu sudah bertindak, Diana langsung menghentikan alunan musiknya dan beranjak ke kamarnya. Sudah sekitar sebulan lamanya hubungannya dengan Marco kembali berjalan biasa saja. Marco semakin sibuk dengan kegiatannya, termasuk mengebo ria. Diana juga sibuk dengan sekolahnya. Tiba-tiba Diana merasa dirinya hampa dan seperti ada perasaan yang sangat mengganggu ketenangan batinnya. Diambilnya handphone dan langsung menekan beberapa nomor yang sudah dihafalnya. Terdengar suara diseberang sana. “ Halo”
“ Halo….main keluar yuk Ni. “ ajak Diana pada Nia,sahabat dekat Diana selama ini.
“ Ayo, main kemana? Sama siapa aja? Berangkat kapan? “ tanya Nia bertubi-tubi dengan semangat.
“ Wih, sabar say. Sekarang ya, kita berdua aja. Kita ke Amazone aja ya, aku lagi males nih. “
“ Oke say, ku tunggu jemputanmu. Hehehehe” klik telfon ditutup dan Diana dengan cepat berganti pakaian dan memacu motornya dengan kalem.
***
            Sudah sekitar satu jam lamanya Diana dan Nia bermain di Amazone, tapi batin Diana tak kunjung tenang. Ia terus bertanya-tanya,ada apa dengan dirinya? Tapi tetap saja jawaban pastinya tidak tau. Diana sudah lelah, ia ingin pulang saja. Uangnya juga sudah habis. “ Ni, ayo pulang. Aku capek” ajak Diana seraya mengampit tangan Nia. Nia hanya bisa pasrah kalau sahabatnya ini sedang dilemma begini.
“ Di, kamu sebenarnya kenapa sih? Kenapa dari tadi main kamu diam aja? Ada masalah? “ tanya Nia saat mereka sedang berjalan menuju parkiran diluar mall. Yang ditanya hanya berjalan sambil melamun. “ Tunggu Di, aku mau benerin tali sepatuku dulu. “ lanjut Nia lalu melepaskan gandengannya dari tangan Diana. Diana hanya menoleh lalu melanjutkan jalannya. Kembali melamun,entah kenapa. “ Di !! Tunggu aku! Jangan melamun sam….” Kalimat Nia terputus begitu saja saat terdengar bunyi decitan rem mobil yang sangat mengundang perhatian itu. Nia terkejut tak percaya. Diana. Ia tertidur didepan mobil itu, dengan beberapa orang yang mulai mengerumuninya. “ Dianaaaa!!!!!! “ teriak Nia seraya menepuk-nepuk pipi Diana semakin keras. Tiba-tiba Diana membuka sedikit kelopak matanya. “ Perasaanku sudah mulai tenang Ni. Makasih ya” katanya terbata-batah.  “ Tolong panggil ambulans! “ pinta Nia setelah Diana kembali memejamkan matanya.
***
            Sudah hampir lebih dari dua jam dokter yang menangani Diana didalam ruang UGD tak juga keluar dan memberi informasi tentang keadaan Diana. Ibu dan Ayah Diana terlihat sedih, Ibu Diana sanagt terlihat terpukul mendengar kabar ini. Terlihat Marco berjalan dari kejauhan bersamaan dengn keluarnya seorang dokter yang menangani Diana. “ Maaf, Diana tidak bisa tertolong. “ kata dokter itu gamblang saat Marco sudah berdiri disampingku. Ibu Diana tak kuasa menahan tangisnya, begitu juga Ayahnya. Tiba-tiba Marco berbisik pelan padaku. “ gue nyesel udah nggak bisa ngasih momen terindah buat dia” lalu Marco membenamkan wajahkan dalam kedua telapak tangannya. Hari itu berkahir dengan sejuta tangis dan satu ketenangan yang abadi.
*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar