“ Yasudahlah, kalau
memang kamu nggak bisa datang hari ini. Aku nggak meminta kamu buat datang
lagi. Kamu sudah terlalu banyak mendapat maaf, aku sudah capek, aku nggak kuat
harus memaafkan kamu lagi. “ cerca Diana pada orang diseberang.
“ Tapi sayang, maafin aku. Hari ini
hujan deres banget. Kamu sendiri tau kalau aku punya trauma berkendara waktu
hujan. Tolong mengerti keadaanku kali ini. “ pinta orang diseberang pada Diana.
“ Sudahlah.! Aku sudah lelah. Terserah
kamu mau bicara apa dengan alasan-alasanmu itu. “
Klik,
telfon diputus Diana tanpa basa-basi lebih lama. begitulah hubungan Diana
dengan Rico, cowok yang sudah hampir
sethun ini menjabat sebagai kekasih Diana. Sore itu, seharusnya Rico sudah
duduk manis di rumah Diana, tapi harapan indah Diana itu pupus sudah. “ Sabar Di, mungkin memang di rumah Rico lagi
hujan. Sabar ajalah. Tenangin dirimu. “ kata Nia, sahabat sejati Diana.
“
Tapi ini sudah empat kali dia ingkar janji dalam seminggu Ni. Aku sanagt
kecewa. “ kata Diana lalu meneteskan air matanya.
“ Sudah, jangan nangis. Suatu saat, Rico
pasti bisa mengerti apa yang kamu mau Di. “ hibur Nia. Diana terus saja
meneteskan air matanya. Matanya mulai memerah. “ cupcupcup, sabar ya. “ lanjut
Nia seraya menghapus air mata Diana.
“ Aku kangen banget sama dia Ni. Tapi
kenapa dia nggak bisa meluangkan waktunya sebentar saja buat aku. Aku ingin
bisa tertawa bersama dia seperti dulu. Aku ingin juga merasakan jadi pasangan
yang normal. ” kata Diana ketika sudah berhenti menangis.
“ Itulah konsekuensi hubungan jarak jauh
Di. Kamu harus kuat jalani ini semua. Lagi pula, sebentar lagi liburan, Rico
pasti bisa membenahi semua kesalahannya. “ kata Nia. Diana mencoba meresapi
makna kalimat Nia itu. Dan akhirnya ia bisa memaafkan Rico, kekasihnya itu.
Lagi-lagi Nia-lah yang menjadi mediator diantara hubungan sahabatnya itu.
“ Makasih ya Ni. Kalau saja nggak ada
kamu, aku pasti sudah lama meninggalkan Rico dengan sikap kekanak-kanakanku. “
ucap Diana lalu memeluk sahabatnya itu denga
penuh rasa haru.
***
Siang
itu udara kota Bandung sedang sejuk-sejuknya. Dihalaman belakang rumahnya, Diana
terlihat sedang asyik membuat sketsa lukisan pemandangan kesukaannya ditemani
secangkir teh hangat yang nikmat. Tiba-tiba Diana tidak sengaja menyenggol
suatu barang, setelah dilihat, ternyata itu HP-nya. Sejenak Diana teringat pada
kekasihnya. Sudah berapa lama aku nggak
pegang HP ini? Kenapa nggak ada SMS satupun dari Rico?,batin Diana.
To
: Rico
Kamu lagi ngapain?
Kamu lagi ngapain?
Setelah SMS itu
terkirim, Diana kembali melanjutkan kegiatannya membuat sketsa gambarnya. Tidak
lama kemuadian sketsa itupun selesai. Ketika melihat layar di HP-nya itu, tidak
ada satupun pesan yang masuk. Perasaan Diana mulai gusar.
To
: Rico
Kenapa nggak bales sms ku? Kamu dimana?
Kenapa nggak bales sms ku? Kamu dimana?
SMS itu Diana pastikan sudah benar-benar
terkirim. Tapi sudah lima menit berlalu, Rico belum juga membalasnya. Diana
sudah tidak sabaran. Dikirimkannya lagi satu SMS.
To
: Rico
Kamu kemana sih?!!
Kamu kemana sih?!!
Diana
terus menunggu balasan dari Rico. Tapi yang ditunggu tak juga datang. Jika
dengan SMS saja Rico tidak membalas, jadi harus pakai cara lain, satu-satunya
hanya dengan menelfon Rico! Hanya itu yang terlintas dibenak Diana. Dan ketika
telfon sudah diangkat oleh yang ada diseberang sana…. “Kamu kemana? Kenapa nggak
kasih kabar? Kenapa kamu nggak bales sms-ku? Sesibuk itukah dirimu? “ tuduh
Diana membabi buta. Emosinya terlampiaskan begitu saja, hingga ia tak sadar air
matanya sudah mulai membasahi pipinya yang seperti bakpau itu.
“ Sssssttttt…, jangan marah-marah dulu
sayang. Mending sekarang kamu buka pintu rumah deh “ jawab Rico dengan lembut
dan santai. Setelah Diana membuka pintu rumahnya….dilihatnya seorang cowok yang
begitu tampan dan rapi berdiri tegak sambil memegang sebuah boneka panda,
boneka yang selama ini diinginkannya dalam hati.” Ini, buat kamu “ kata Rico
seraya memberikan boneka itu pada Diana.
Diana
sangat terharu dengan semua kejadian ini. Dia diam terpaku dan tak tahu harus
berbuat apa. Tetesan bening air mata kembali menetes hari itu. “ Hei..,hei…,hei..,
jangan nangis dong sayang. “ kata Rico lalu menghapus air mata Diana perlahan,
lalu ditariknya Diana dalam dekapnya untuk beberapa detik. “ Ini semua aku
lakukan untuk membahagiakanmu dan untuk menebus semua kebodohanku selama ini.
Maaf ya sayang. “ kata Rico lalu mengelus lembut rambut pendek Diana. Diana
hanya dapat mengangguk pelan dalam tangisnya yang belum juga berhenti. Dan kini,
ia benar-benar tahu bahwa kekasihnya selama ini sayang menyayangi dirinya. Dan
tanpa Rico dan Diana sadari, sepasang mata misterius itu sedang memandangi
mereka dengan senyum indah mengembang.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar