Diana dan Marco, sejoli
yang sudah hampir setengah tahun ini menjalin hubungan jarak jauh alias LDR.
Diawal hubungan mereka, semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Diana bahagia
dengan hidupnya sekarang, begitu juga dengan Marco yang bahkan lebih bahagia
lagi. Marco terlihat sangat mencintai kekasihnya itu. Suatu hari, saat mereka
bertemu disuatu mall, tiba-tiba datang beberapa orang gadis remaja yang
sepertinya Marco kenali. Merka terlibat suatu pembicaraan, dan tiba-tiba…salah
seorang gadis itu menggelitik pinggang Marco dengan sengaja,sepertinya. Diana
yang sedari tadinya hanya menjadi tembok disamping Marco jelas terkejut dan
langsung terbakar api cemburu. Diana langsung ambil langkah seribu menjauh dari
mereka semua. Marco yang terkejut dengan reaksi Diana langusng dengan sigap
mengikuti langkah Diana, tapi sayangnya Diana sudah tidak bisa membendung
emosinya lagi, ia terus berlari dan tidak menggubris apa yang Marco lakukan, ia
tidak ingin terlihat menangis didepan lelaki seperti Marco.
Kejadian beberapa bulan
yang lalu itu ternyata hanya bagaikan sebuah kerikil kecil yang mengganggu
hubungan mereka. Dan sekarang, sehari sebelum Diana berulang tahun, Marco
terlihat sibuk sekali, bahkan Diana sudah jarang dihubunginya. Diana berpikir
bahwa Marco sedang menyiapkan suatu kejutan besar yang mungkin takkan pernah
terlupakan dalam hidupnya. Tapi saat hari ulang tahun Diana tiba, Marco justru
bukanlah orang pertama yang mengucapkan ‘selamat’ padanya. Justru orang dimasa
lalu Diana-lah yang menjadi orang pertama. Tapi Diana masih tetap punya harapan
besar, bahwa Marco pasti datang dengan kejutannya sendiri. Tapi hingga hari
akan berganti, Marco tak kunjung datang kerumahnya. Diana melewatkan malam
perayaan ulang tahunnya tanpa kabar sedikitpun dari kekasihnya. Dan akhirnya
saat malam datang,semua orang sudah terlelap, dan bulan sudah hendak berganti
mentari, Diana menangis dan termenung sendiri di kamarnya yang berukuran
sedang. Ia sangat sedih dan terpukul. Dan mulai hari itu Diana ingi berhenti berharap dan berhenti percaya pada
Marco. Hatinya benar-benar hancur karna ketidak pekaan Marco pada perasaannya.
Dan ia terlelap dalam tangisnya yang mesih mengalir.
***
Sekitar seminggu
lamanya Diana mencoba untuk menata kembali perasaannya. Ia masih saja memaafkan
Marco. Dan hingga akhirnya hari itu Marco datang bersama dengan sebuah bobeka
panda yang lucu dan menggemaskan. Diana senang karna mimpinya bukan tidak
terwujud, tapi hanya tertunda beberapa waktu, mungkin itulah buah dari
kesabarannya selama ini. Dan Diana berharap suatu saat kejadian itu tidak
terulang kembali.
***
Waktu terus berputar
hingga berganti hari, hari berputar hingga menjadi bulan,dan akhirnya bulan
menjadi tahun. Yah…Diana sanagt menunggu-nunggu momen yang indah ini. Momen
dimana ia dan Marco merayakan hari jadi mereka yang pertama. Marco yang
notabene kekasih pertama Diana jelas mebuat Diana mulai berani untuk
berangan-angan dan berharap. Jika di sekolahnya Diana sering kali dijadikan
tempat curhat teman-temannya yang sedih maupun bahagia, kali ini ia merasa
ingin menyimpan semua angannya itu seorang diri. Dan ketika hari itu
benar-benar datang, Diana begitu antusias menyambutnya. Pada malam pergantian
hari, Diana menerima sebuah pesan.
From
: Marco
makasih sayang atas kesabaran yang sudah
kamu berikan selama setahun ini :* aku sayang kamu :* selamanya :*
Diana tersenyum geli membaca pesan itu,
hatinya berlonjak bahagia. Setelah dibalasnya pesan itu, Diana mulai terlelap
dalam kebahagiaan yang masih menggelora dalam kalbunya.
***
Diana terbangun dari tidurnya dengan
senyum yang masih mengembang. Hari itu ia benar-benar semangat menjalani
harinya. Dengan langkah pasti ia memasuki lapangan sekolahnya, lalu menuju
kelasnya. Sepulang sekolah, Diana langsung membuka handphone-nya, tidak ada
pesan. Lalu Diana memutuskan untuk mengirim pesan pada Marco. Tapi sayangnya,
pesan itu tidak terkirim, Diana mulai merasakan sedikit kesedihan dalam
benaknya. Hingga siang hendak berganti sore, barulah Marco membalas pesannya.
Ternyata seharian itu Marco menikmati tidurnya. Hati Diana seakan meloncat
keudara dan terjatuh ketanah. Sangat sedih dan kecewa. Dengan sedikit enggan
Diana berjalan keluar rumah dan berangkat les sore itu.
Sepulangnya
dari teempat les, Diana membalas pesan Marco hanya dengan emoticon smile. Lalu
datanglah balasan dari Marco.
From:
Marco
udah pulang? :* udah dirumah? :*
Dengan cepat Diana menjawab pesan itu.
Dan sembari menunggu balasan dari Marco, Diana kembali berangan-angan bahwa
Marco sudah terduduk manis di teras rumahnya seperti biasanya. Tapi saat sampai
di rumah dan tidak melihat batang hidung Marco, Diana kembali menelan
kekecewaan dalam hatinya. Diana memilih menyembunyikan dirinya di kamarnya, ia butuh menenangkan dirinya. Diana
hanyalah seorang gadis remaja biasa yang memiliki sejuta angan-angan yang
mungkin mustahil untuk terjadi dalam hidupnya. Ia juga ingin merasakan apa yany
remaja lain rasakan. Merasakan indahnya momen anniversary walau hanya sebentar,
setidaknya mereka bisa berjumpa. Hanya untuk saling pandang saja sudah cukup.
Diana ingin ini menjadi momen terindah, bukan yang sebaliknya. Perlahan air
mata bening Diana kembali bergulir dan membasahi pipinya yang tembem itu.
Hingga
hari mulai larut, Diana masih merasa belum bisa juga memaafkan Marco. Tapi saat
ia ingat suatu pesan bahwa mendendam itu tidak baik, maka akhirnya Diana
memilih untuk berbaikan dengan Marco. Walaupun dalam hatinya masih terdapat
luka, tapi Diana mencoba untuk tetap berpikir secara baik dan positif saja. Padahal
beberapa minggu sebelum ini semua terjadi, ada seorang teman Diana yang
menganggapnya bodoh karna terlalu baik mau memaafkan orang yang dianggap tidak
sungguh-sungguh meminta maaf, tapi Diana tetap tulus memaafkan orang-orang itu.
Dan Diana berusaha berpikiran bahwa gagal anniversary itu bukan berarti semua
kehidupannya hancur. Ia membangun kembali pertahanan hatinya dan melanjutkan
hidupnya kambali dengan penuh kesabar dan ketulusan yang masih ia miliki.
***
Alunan
lembut gitar kesayangan Diana terdengar hingga ke rumah tetangganya, hingga
membuat para tetangga rasanya ingin melempari Diana dengan sandal. “ Dek,
berisik tau! “ tegur Ibu Diana dari dalam rumah. Mendengar ibunya yang sangat
sabar itu sudah bertindak, Diana langsung menghentikan alunan musiknya dan
beranjak ke kamarnya. Sudah sekitar sebulan lamanya hubungannya dengan Marco
kembali berjalan biasa saja. Marco semakin sibuk dengan kegiatannya, termasuk
mengebo ria. Diana juga sibuk dengan sekolahnya. Tiba-tiba Diana merasa dirinya
hampa dan seperti ada perasaan yang sangat mengganggu ketenangan batinnya.
Diambilnya handphone dan langsung menekan beberapa nomor yang sudah dihafalnya.
Terdengar suara diseberang sana. “ Halo”
“ Halo….main keluar yuk Ni. “ ajak Diana
pada Nia,sahabat dekat Diana selama ini.
“ Ayo, main kemana? Sama siapa aja?
Berangkat kapan? “ tanya Nia bertubi-tubi dengan semangat.
“ Wih, sabar say. Sekarang ya, kita
berdua aja. Kita ke Amazone aja ya, aku lagi males nih. “
“ Oke say, ku tunggu jemputanmu.
Hehehehe” klik telfon ditutup dan
Diana dengan cepat berganti pakaian dan memacu motornya dengan kalem.
***
Sudah
sekitar satu jam lamanya Diana dan Nia bermain di Amazone, tapi batin Diana tak
kunjung tenang. Ia terus bertanya-tanya,ada apa dengan dirinya? Tapi tetap saja
jawaban pastinya tidak tau. Diana sudah lelah, ia ingin pulang saja. Uangnya
juga sudah habis. “ Ni, ayo pulang. Aku capek” ajak Diana seraya mengampit
tangan Nia. Nia hanya bisa pasrah kalau sahabatnya ini sedang dilemma begini.
“ Di, kamu sebenarnya kenapa sih? Kenapa
dari tadi main kamu diam aja? Ada masalah? “ tanya Nia saat mereka sedang
berjalan menuju parkiran diluar mall. Yang ditanya hanya berjalan sambil
melamun. “ Tunggu Di, aku mau benerin tali sepatuku dulu. “ lanjut Nia lalu
melepaskan gandengannya dari tangan Diana. Diana hanya menoleh lalu melanjutkan
jalannya. Kembali melamun,entah kenapa. “ Di !! Tunggu aku! Jangan melamun
sam….” Kalimat Nia terputus begitu saja saat terdengar bunyi decitan rem mobil
yang sangat mengundang perhatian itu. Nia terkejut tak percaya. Diana. Ia
tertidur didepan mobil itu, dengan beberapa orang yang mulai mengerumuninya. “
Dianaaaa!!!!!! “ teriak Nia seraya menepuk-nepuk pipi Diana semakin keras.
Tiba-tiba Diana membuka sedikit kelopak matanya. “ Perasaanku sudah mulai
tenang Ni. Makasih ya” katanya terbata-batah. “ Tolong panggil ambulans! “ pinta Nia setelah
Diana kembali memejamkan matanya.
***
Sudah hampir lebih dari dua jam
dokter yang menangani Diana didalam ruang UGD tak juga keluar dan memberi
informasi tentang keadaan Diana. Ibu dan Ayah Diana terlihat sedih, Ibu Diana
sanagt terlihat terpukul mendengar kabar ini. Terlihat Marco berjalan dari
kejauhan bersamaan dengn keluarnya seorang dokter yang menangani Diana. “ Maaf,
Diana tidak bisa tertolong. “ kata dokter itu gamblang saat Marco sudah berdiri
disampingku. Ibu Diana tak kuasa menahan tangisnya, begitu juga Ayahnya.
Tiba-tiba Marco berbisik pelan padaku. “ gue nyesel udah nggak bisa ngasih
momen terindah buat dia” lalu Marco membenamkan wajahkan dalam kedua telapak
tangannya. Hari itu berkahir dengan sejuta tangis dan satu ketenangan yang
abadi.
***