Part 1
Kring….kring….kring….
“ Flor!!!! Jam kamu bunyi tuh, cepet bangun ntar kamu
telat lho masuk sekolahnya.!!!! “ begitulah suara Kak Nadin yang sangat lantang
dan dapat membuat orang yang mendengarnya mudah terkena serangan jantung dan
tuli . Bagi Kak Nadin, berteriak adalah cara yang sangat ampuh untuk
membangunkanku dipagi hari
“ Aduh, nih orang kok bisa-bisanya sih teriak-teriak
setiap hari, nggak capek apa. “ begitulah keluhku kalau Kak Nadin sudah
berteriak pagi-pagi. Padahal aku sudah memperingatkannya agar dia berhenti
berteriak, dengan cara halus pun sebenarnya aku juga sudah bisa bangun kok.
Yah, tapi begitulah kakakku. Dia tidak mendengarkan saranku.
“ Flor !!!! Kamu dengar kakak nggak sih,?? Cepetan turun,
kamu mau berangkat barengan sama kakak apa nggak sih???? Kakak udah telat nih
!!!! “
“ Iya Kak !!!! sebentar lagi juga aku turun kok. Nggak
usah teriak-teriak kale Kak, aku juga
udah denger kok. “
Beginilah
kegiatan pagiku dan kakakku, kami selalu berdebat dipagi hari. Tapi, jika
rutinitas ini terlewatkan, rasanya kehidupanku membosankan sekali. Oh ya, kenalkan,
aku Florence Kartika , aku tinggal dengan kakakku yang bernama Nadin Parkin.
Kami sebenarnya berasal dari Surakarta, tapi, karena kedua orang tua kami tidak
mempunyai cukup biaya, maka kami dititipkan oleh kedua orang tua kami dirumah
saudara kami yang berada di Surabaya. Tapi, kami hanya tinggal di rumah saudara
kami selama 1 tahun saja. Karena Kak Nadin sudah lulus
kuliah dan mempunyai pekerjaan baru , maka kami memutuskan untuk pindah
ketempat lain.
Ditempat inilah
kami tinggal sekarang. Kami tanggal di sebuah rumah kontrakan yang terletak
tidak begitu jauh dari pusat kota. Rumah ini memang tidak terlalu besar, tapi,
untuk aku dan kakakku saja, ini sudah cukup luas. Kami sudah menghabiskan waktu
selama kurang lebih 2 tahun lamanya tinggal
ditempat ini. Dengan uang kerja keras kakakkulah juga sekarang aku memenuhi
kebutuhan hidup. Sebenarnya aku ingin membantu Kak Nadin mencari uang, tapi Kak
Nadin tidak mengijinkan aku berkerja. Kata Kak Nadin, lebih baik aku sekolah
dengan benar dan lulus dengan hasil yang bagus agar bisa menjadi orang yang
sukses. Kak Nadin punya banyak harapan pada masa depanku, jadi aku selalu
mengerjakan semua tugas sekolahku dengan cepat,sigap.dan yang pasti dengan
jawaban yang paling akurat.
“ Kamu kok lama banget sih Flor ??? Kakak kan udah telat.
Kamu kok masih sempet-sempetnya dandan ???? Ini lagi, ngapain kamu pakai pita
banyak gini sih ??? “ kata Kak Nadin yang heran dengan rambutku yang aku pitai
banyak warna.
“ Udah deh, Kak Nadin nggak usah protes lagi. Ntar aku
juga telat lagi sekolahnya. “
“ Oke deh. Tapi kamu lucu juga kok, persis banget sama
badut yang dilampu merah. “
“ Makasih ya atas pujiannya, tapi ini nggak lucu Kak !!!!
“ kataku sewot karena sesudah itu Kak Nadin menertawakaku.
“ Ya udah deh, sekarang kamu minum dulu susunya, ntar kan
disekolah pasti kamu dihukum karena telat. Jadi, sekarang kamu ngisi stamina
dulu aja. “
“ Huh, kakak nih, bisanya cuma ngeledekin aja deh,
ati-ati lho ucapan adalah doa. “ kataku kesal karena Kak Nadin terus saja
menertawakanku.
Sesampainya
di sekolah………….
“ Huh, Kak Nadih
tuh bisanya cuma ngeledekin. Nyebelin banget sih tuh orang.” Gerutuku dalam
hati.
“ HEH KAMU !!!! “ teriak salah satu panitia MOS sambil
menatap tajam dan menunjukku.
“ Saya kak ?? “
“ Iya, kamu. Siapa nama kamu ??!!!! “
“ Saya Florence kak. Ada apa ya kak ??? “
“ Siapa yang nyuruh kamu duduk ??? Saya kan tadi hukum
kamu berdiri satu kaki ??!! “ kata kakak panitia dengan suara membentak.
“ Saya duduk karena tadi kakak yang ngasih pengumuman
nyuruh semua siswa duduk kak. “
“ Tapi, saya kan nggak nyuruh kamu duduk ??? Yang berhak
kasih kamu ijin duduk itu cuma saya, bukan panitia yang lainnya. Sekarang
hukuman kamu saya tambah.!!!! “
“ Tapi kak saya kan…. “
“ Nggak ada tapi-tapian. Sekarang kamu berdiri satu kaki
dekat tiang bendera dan beri hormat pada tiang bendera. CEPET !!!! “
“ Iya kak. “ jawabku lemas.
Aku bingung,
kenapa dari banyak siswa baru di sekolah ini, hanya aku yang hukumannya paling
berat dan yang paling lama?? Kenapa nggak ada keadilan ditempat ini ???
Padahalkan nggak hanya aku yang telat masuk, banyak juga kok anak lain yang
telat masuk ??? Begitulah gerutuanku dalam hati sambil menjalani hukuman yang
super berat ini. Aku sebenarnya nggak kuat lagi berdiri dibawah sinar matahari
yang sangat panas ini. Tapi, kalau aku komentar lagi, nanti hukumanku ditambah
sama kakak itu lagi, jadi aku hanya diam saja. Saat semuanya istirahat, kakak
panitia yang menhukumku tadi belum juga menghapus hukumannya. Huh !!!.. aku
lelah sekali.
“ Kamu nggak istirahat ya ?? “ tanya seorang anak yang
lewat dan meghampiriku.
“ Iya nih, kakak panitia
yang tadi belum ngasih ijin istirahat juga. “
“ Oh, gitu. Kamu pasti haus kan ?? Nih aku ada minum,
masih baru kok. “ kata anak itu lagi sambil menyodorkan minumannya.
“ Nggak usah deh, makasih banyak. “ jawabku sambil mengembalikan
manum anak itu. Sesaat setelah mengembalikan minum anak itu, tiba-tiba kepalaku
pusing sekali, dan akhirnya sekelilingku berubah gelap.
****
15 menit kemudian…
“ Akhirnya kamu sadar juga. “ kalimat tanda kelegaan
keluar dari seseorang yang ada disampingku ketika aku sadar.
“ Kamu kan anak yang ngasih aku minum tadi kan ??? Kok
kamu… ??? “
“ Iya, tadi waktu kita lagi ngobrol tiba-tiba aja kamu
pingsan, terus kamu dibawa ke UKS sama anak-anak yang lain. Tapi kakak
panitianya belum tau kok, mereka lagi ada rapat dadakan, jadi mereka belum
dikasih tau. Kamu tenang aja . “
“ Oh jadi gitu. Eh, nama kamu siapa ya ??? Kita tadi
belum kenalan kan ?? “ kataku sambil mengulurkan tangan.
“ Aku Topan. Kamu namanya siapa ?? “
“ Aku Florence. “
“ Oh, Florence toh.
“
Perbincangan
kami pun terus belanjut sampai bel berkumpul yang dibunyikan panitia berbunyi. Aku
segera bangkit dari tempat tidur yang ada di UKS dan bergegas berkumpul di
halaman sekolah bersama siswa-siswa lainnya. Saat aku dan Kurniawan datang,
hampir dari semua siswa baru sudah berkumpul. Beberapa detik kemudian aku
melihat sekelilingku untuk mencari barisanku tadi, sebelum insiden pingsan yang
ku alami terjadi.
“ Pan, barisan yang tadi ada diujung barat ke mana semua
ya ??? Kok nggak ada sih ??? “ tanyaku pada Topan, setelah aku mencari
barisanku dan ternyata tidak ada ditempat semula.
“ Lho, aku juga nggak tau??? Kan tadi aku nemenin kamu di
ruang UKS ?? “
“ Duh, gimana nih Pan ??? Bisa kena hukum lagi aku, kamu
udah memuin barisan kamu apa belom ??? “ tanyaku khawatir.
“ Barisan aku masih ditempat semula kok. Kamu emang tadi
satu barisan sama anak yang mana??? “
“ Nah, itu dia masalahnya. Aku nggak inget satu pun anak
yang satu barisan sama aku. Soalnya, tadi waktu aku mau duduk, aku udah
ketahuan telat sama kakak panitianya. Jadi, aku nggak sempet lihat anak-anaknya
satu persatu deh. “
“ Kalau gitu masalahnya sih, kamu mending tanya aja sama
panitianya. “
“ Ya udah deh, aku tanya aja sama panitianya. Doa’in aku
ya supaya nggak dapet hukuman lagi. “
“ Iya aku doa’in kok, tapi aku nggak bisa nganterin kamu
ke panitia, aku harus balik ke barisanku. Nggak apa kan kamu tanya sendiri ?? “
“ Iya deh nggak apa. Kamu balik aja duluan, ntar kamu
malah kena hukuman juga lagi. “
“ Okey, take care ya.
“ kata Kurniawan sambil berjalan meninggalkanku.
Saat
di pos panitia…..
“ Ehm.., permisi kak. Saya mau tanya barisan saya dimana
ya kak ?? “ tanyaku sok lugu.
“ Kamu ini gimana sih, tadi waktu pertama masuk kan saya
sudah mengumumkan barisan sesuai kelas masing-masing ??? Kamu nggak dengerin
saya ya tadi !!!! “ jawab seorang panitia dengan logat sok jahat.
“ Maaf kak, tadi sewaktu kakak mengumumkan, saya sedang
menjalani hukuman, jadi saya nggak sempat dengerin kakak. “
“ Hahaha… kamu ini mau bohongin saya ya, ??? Saat saya
mengumumkan, semua siswa udah duduk rapi didepan saya. Jadi, nggak ada satu pun
siswa yang nggak tau letak barisan mereka. “
“ Tapi tadi saya…. “ kalimatku terhenti, ketika salah
seorang panitia yang tadi memberiku hukuman datang.
“ Dia nggak bohong kok. Tadi, waktu dia mau ke
barisannya, aku langsung manggil tuh anak terus aku kasih hukuman. Jadi dia
beneran nggak tau barisannya. “ akhirnya seorang panitia yang tadi menghukumku
bersuara juga.
“ Oh jadi kamu Dim, yang ngasih hukuman. Pantes aja aku
nggak tau kalau dia dihukum. Ya udah deh, sekarang kamu ikut aku.Aku tunjukkan barisan kamu. “ ajak seorang panitia
yang tadi tidak mempercayai aku.
“ Iya kak. Permisi. “ jawabku sambil membungkukkan
punggung sedikit pada panitia yang lain.
“ Nama kamu siapa?? “ tanya kakak panitia yang
mengantarkanku .
“ Nama saya, Florence
Kartika. “ jawabku
“ Ehm,, jadi kamu anak yang dapet beasiswa itu. Kamu di
barisan yang paling ujung sebelah timur. “ jelas kakak panitianya, sambil
menunjuk ke barisan yang sangat jauh letaknya.
“ Oh, makasih ya kakak. Maaf
kalau ngerepotin. “
“ Itu udah jadi tugas aku kok. Kamu cepat duduk berkumpul
dengan barisan kamu. Sebentar lagi ada instruksi. “ jawabnya sok jahat.
Saat
semua sudah berkumpul dihalaman sekolah........
“ Ehm, nama kamu siapa ?? “ tanya seorang siswi yang
mengajakku berkenalan.
“ Oh, nama aku Florence, tapi biasa dipanggil Flor, Kalau
kamu?? “ tanyaku balik.
“ Aku Dian, biasa dipanggil Di. Kamu anak yang tadi
pingsan waktu ngejalanin hukuman kan ??? “
“ Iya,.? “
“ Hai, nama kalian sapa ?? “ tanya siswi lain yang
berbaris dibelakangku.
“ Aku Florence, biasa dipanggil Flor. “
“ Aku Dian, biasa dipanggil Di. Kalau kalian ??? “
“ Aku Nyoaman. “ jawab anak berambut setengah keriting.
“ Aku Lauren. “
Baru saja kami
selesai berkenalan, tiba-tiba semua panitia MOS sudah berdiri didepan semua
siswa dan siswi. Padahal belum sempat aku,Dian,Nyoman,dan Lauren
berbicang-bincang lama, mereka sudah siap memberi instruksi saja.Mereka itu
memang menjengkelkan. Gerutuku dalam hati.
“ Kalian semua akan mendapat tugas masing-masing, jadi
sekarang kalian semua masuk ke kelas kalian masing-masing. Nanti akan ada
seorang panitia yang datang ke kelas kalian. “
“ Iya Kak.!!! “ seru semua siswa baru.
Saat
di dalam kelas……..
“ Dengarkan saya !!! Awas kalau sampai ada yang tidak mendengarkan
!!!! “ seru seorang panitia yang masuk ke kelasku. “ Besok, kalian semua
diwajibkan membawa makanan dari rumah masing-masing dengan menu yang akan saya
bacakan. Menu untuk makanan besok adalah, untuk sisi putrid mebawa kepala ayam
dan ikan asin. Sementara siswa putra membawa telor mata sapi dengan nasi
berbentuk beruang. Untuk putra, telor mata sapi harus pas, kuning telor harus
ditengah.!!!! Mengerti kalian !!!! “ lanjutnya.
“ Mengerti Kak !!!! “ jawab para siswa nggak kalah jahat
dari senior kami.
“ Dan, jangan lupa kalian membawa potongan kardus dan
rumput jepang atau tali raffia. Kalau ada yang tidak membawa,, kalian akan
mendapat hukuman yang sangat berat. Mengerti !!!!! “
“ Iya Kak !!!! “
“ Sekarang kalian semua boleh pulang. Selamat siang “
“ Siang Kak !!! “ seruku.
Begitulah akhir
dari hariku ini, hari dimana aku menjalani MOS yang sangat berat. ‘Huh,
akhirnya selesai juga’. Gerutuku dalam hati. Hari ini memang hari yang sangat
menjengkelkan. Hal yang paling aku benci, adalah hari pertama masuk sekolah.
Karena, menurutku itu adalah hari penindasan bagi murid baru. Hukuman
bertebarab disana-sini. Semoga hari esok aku nggak telat lagi dan nggak
ngejalanin hikiman ekstra seperti hari ini lagi, Amin. Begitulah doa yang bisa
kupanjatkan sekarang.
Sesampainya
aku di rumah……..
“ Huh, akhirnya sampai rumah juga. Hari apa sih ini. Kok
dari tadi pagi sampai sekarang aku kena sial terus. Udah di sekolah banyak kena
hukuman, sekarang sampai rumah malah harus ngerjain tugas dari Kak Nadin yang
tadi pagi lagi. Pasti capek banget deh. “
Sepulang dari
sekolah aku langsung melakukan tugas sehari-hariku. Yaitu, membereskan rumah,
membuat makan siang, menyiapkan makan malam, mencuci pakaian, dan yang pasti
mencuci piring yang sudah dipakai sarapan tapi belum sempat di cuci. Pekerjaan
itu sebenarnya cukup berat bagi aku, tapi, kalau sepulang kerja Kak Nadin masih
harus melakukan semua itu, wah nggak kebayang deh betapa lelahnya kakakku itu.
Aku sebenarnya nggak tega melihat kakakku bekerja sampai larut malam hanya
untuk mencari uang yang sebagian besar untuk keperluanku. Tapi, mau bagaimana
lagi, itulah hal yang harus kami jalani.
TOK…TOK…TOK…
Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Sebelumnya nggak ada bahkan jarang sekali ada orang yang berkunjung ke rumah ini siang-siang begini. Aku mulai was-was. Apa mungkin ada orang yang mau merampok atau menipu kami ?? Tanyaku dalam hati.
Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Sebelumnya nggak ada bahkan jarang sekali ada orang yang berkunjung ke rumah ini siang-siang begini. Aku mulai was-was. Apa mungkin ada orang yang mau merampok atau menipu kami ?? Tanyaku dalam hati.
“ Maaf, anda siapa ya ?? “ tanyaku sebelum membukakan
pintu bagi sang tamu dari dalam rumah.
“ Saya pengantar surat. “ jawab seseorang yang ada diluar
rumah.
Hah?? Pengantar
surat?? Memangnya masih ada orang yang mau mengirimkan surat pada aku atau Kak
Nadin ??? tanyaku pada diri sendiri. “ Oh, tunggu sebentar ya .!! “ teriakku
dari dalam rumah. Beberapa menit kemudian, aku segera membukakan pintu .
“ Apa benar ini rumah dari saudari Nadin ?? “ tanya
tukang pos begitu aku membuka pintu.
“ Iya benar ini rumahnya, ada apa ya ?? “ tanyaku pada
tukang pos itu.
“ Ini ada surat untuk beliau. Tolong tanda tangan di
tanda terimanya, ya . “ pinta si tukang pos itu padaku.
“ Oh, iya mas. Tanda tangan dimana ?? “ tanyaku sambil
mengambil surut itu dari tangan tukang pos itu.
“ Disini mbak. “ jawab si tukang pos itu sanbil
menunjukkan letak pemberian tanda tangan.
“ Ini mas. Makasih ya. “ ujarku setelah selesai member
tanda tangan dan mengenbalikan pulpen tukang pos itu.
“ Iya mbak sama-sama. Permisi. “ kata tukang pos itu
undur diri.
Setelah aku
menutup pintu, aku mulai bertanya-tanya, ‘surat dari siapa ya?? Kok tumben Kak
Nadin dapat kiriman surat?? ‘ Hah, sudahlah, masih banyak pekerjaan yang belum
selesai. Lebih baik aku menyelesaikan tugasku dulu, baru aku memikirkan surat
itu.
****
jam
delapan malam di rumah Florence….
“ Flor, kakak pulang.!! Lho kok rumahnya sepi banget ya??
Kemana Florence?? “ tanya Kak Nadin pada dirinya sendiri saat sampai di rumah dan
melihat rumah yang sangat sepi. “ Flor,!!! Kamu dimana??? Flor!!! “ teriaknya
lagi memanggil-manggil Florence. ‘Dimana itu anak ya?? Kok ngagk ada dirumah
sih, udah malam gini masih keluyuran aja. Nggak ada pesan apa-apa lagi, paling
nggak kan dia nempelin memo dikulkas.’ gerutu Kak Nadin dalam hati.
Aku memang
sedang nggak ada di rumah, tau nggak aku dimana?? Aku sekarang lagi ada di
pasar dekat rumah. Aku lupa menyiapkan barang-barang yang akan dibawa besok
saat MOS hari kedua.Itulah sebabnya malam-malam begini aku masih ada di pasar. Aku
sebenarnya udah ada niat menyiapkan semuanya sepulang sekolah. Tapi, berhubung
ada banyak tugas, aku jadi lupa menyiapkan semuanya. Belum lagi aku harus memasaknya dulu
sepulang dari pasar. Aku paling benci sama hal-hal yang berhubungan dengan
ayam, apalagi makan kepala ayam, ih, jijik banget aku. Bukannya apa-apa sih,
tapi aku punya kenangan khusus sama hewan bernama ayam. Waktu umurku masih tiga
tahun, aku pernah nyaris saja kepatok ayam. Untung saja kakek cepat-cepat
menggendongku, kalau tidak,, sekarang aku nggak bisa ada di dunia ini lagi deh,
dan semua itu karena ayam!!! Itu penyebab utamaku nggak suka sama yang namanya
ayam. ( dendam masa lalu. )
Saat aku sampai
di rumah, “ Lho kok pintunya dikunci sih, harusnya kan Kak Nadin udah pulang??
“ tanyaku bingung pada diri sendiri karena melihat pintu yang masih terkunci,
padahalkan seharusnya Kak Nadin sudah pulang. Kulihat kunci yang kutinggalkan
dibawah pot tanaman, “ Lho kok kuncinya nggak ada?? “ sekarang aku mulai panik.
Aku ketuk pintu sekeras mungkin dengan semua tenagaku.
“ Iya, sebentar!!!!!! “ teriak Kak Nadin dari dalam
rumah. Ternyata Kak Nadin sudah pulang. Bukan apa-apa sih, tapi tadi aku sempat
berpikir bahwa rumah kami di masuki maling dan si maling mengunci pintunya dari
dalam rumah. Aku jadi semakin panik, saat aku berpikir ada yang membunuh
kakakku didalam rumah. Hah, aku bingung sekali, untung saja Kak Nadin cepat
berteriak, kalau tidak, aku pasti sudah berteriak minta tolong pada warga,
padahal tidak terjadi apa-apa di rumah kami. Begitu pintu rumah terbuka, Kak Nadin
langsung mencercaku dengan berbagai pertanyaan yang aneh-aneh. “ Kamu ini dari
mana aja saih, kok malam-malam begini kamu baru pulang. Kamu nggak macam-macam
kan diluar sana malam-malam begini??? “
“ Ya ampun Kak, kakak kok mikirnya yang macam-macam gitu
sih, aku nih anak baik-baik kok. Nggak ngelakuin apa pun diluar, orang aku tadi
dari pasar kok. “ jawabku nggak kalah heboh.
“ Dari pasar??? Ngapain kamu ke pasar malam-malam gini???
Kenapa nggak ke pasar tadi siang aja sih??? “ jawab Kak Nadin dengan nada
setengah heran karena tidak percya aku ke pasar malam-malam.
“ Aku tadi siang tuh lupa belum beli barang buat dibawa
besok, jadi aaku ke pasar malam-malam deh. Kak aku udah boleh masuk rumahkan???
Diluar dingin nih kakak. Pliss !!! “ jawabku memelas.
“ iya deh, sekarang kamu boleh masuk rumah. “ jawab kakak
Nadin lagi.
Setelah didalam
rumah, aku menanyakan hal yang ganjal tadi sewaktu pulang sekolah. “ Kak, udah
baca belum surat yang ada di meja makan??? “ aku memang sengaja meletakkannya
diatas meja makan agar mudah dilihat.
“ Surat?? Kok tumben ada orang yang mau ngirim surat ke
kita?? Kamu nggak buat salah apa-apa kan di sekolah??? Karena bisa aja itu
surat panggilan dari sekolah buat kakak?? “ jawab Kak Nadin sekenanya.
“ Nggak lah, kan aku baru masuk sekolah hari ini, masak
aku udah bikin salah. Nggak mungkin Kak.!! ‘ jawabku dengan nada lebih tinggi.
“ Wahahahaha.. Kak Nadin cuma bercanda kok, just kidding
Flor. Nggak usah marah-marah lagi deh, mending kita baca bareng surat itu.
Gimana?? Setuju nggak?? ”
“ Boleh deh, aku juga udah nggak sabar pingin tau apa isi
suratnya, jangan-jangan surat terror bom lagi, kaya yang aku liat di TV tadi
siang. “ kataku sok penakut. Tapi asli karakterku emang penakut.
“ Ya udah, cepet ambil suratnya diatas meja??? Kok kamu
malah duduk??? Kamu mau nyuruh kakak yang ngambil suratnya?? “
“ Aduh Kak, aku nih baru pulang dari pasar, jalan kaki
pula. Kakak aja deh yang ngambil males nih. Ayo dong kak.. “
“ Iya deh, kakak buka sekarang ya. Sekalian. “ kata
kakakku sambil membuka amplop surat dan duduk disampingku.
“ Dari sapa kak suratnya?? “ tanyaku sesaat setelah Kak
Nadin membuka amplop dan membaca nama si pengirim surat.
“ Cuma kiriman dari kantor pusat yang nugasin kakak tugas
ke jogja. Gimana nih??? “ khawatir.
“ Maksud kakak?? Ya nggak gimana-gimana lah?? Emang mau
gimana lagi?? “ bingung
“ Kamu nggak apa kalo kakak tinggal di rumah sendirian??
Kakak tugasnya satu minggu doang kok. “
“ Nggak apa kok. Kakak tugas aja, aku yang jagain
rumahnya. “ meyakinkan. “ Emang mau berangkat hari apa?? “
“ Disuratnya sih ditulis tanggal 20 Juli
2010.
Berarti masih ada waktu sekitar empat hari lagi. “
“ Ya udah, kakak siap-siap aja. Ntar urusan rumah biar
aku aja yang ngurusin. “ sok memastikan.
“ Ya udah deh, besok kakak mau klarifikasi sama atasan
kakak dulu. Sekarang kamu tidur aja deh, udah malem gini juga. “
“ Iya kak. Aku ke
kamar duluan ya, met malem. “
“ Met malem. “
Keesokan
harinya di sekolah……
Begitu sampai di
gerbang sekolah, Topan sudah berdiri didepan gerbang dekat pos satpam. Dia
sepertiya sedang menunggu temannya. Jujur, sermenjak kejadian aku kehilangan
barisan di hari pertama MOS, aku sudah nggak ada felling sama yang namanya Topan, aku punya anggapan bahwa dia takut
ngadepin kakak-kakak kelas dan panitianya, jadi dia alasan balik ke barisannya
duluan. Awalnya aku sebel banget sama dia, sampai sekarang aja aku masih
nganggap dia itu pengecut kelas eksklusif. Aku nggak suka banget caranya dia
ngomong. Untung aja aku nggak satu kelas sama dia. Topan itu orang yang paling
sok perhatian sama cewek. Aku nggak suka cara dia mainin cewek sekenanya, dia
sok ganteng dansok pahlawan banget. Waktu aku jalan ngelewatin dia, tiba-tiba
aja, “ Flor aku mau ngomong sama kamu.! “ kalimat itu yang dikeluarkan Topan
dari mulutnya dan tangannya memegang tanganku erat sekali sampai aku merasakan
sakitnya genggaman itu saat aku berjalan melewatinya.
“ Aduh,.!! sakit tau. Lepasin aku. Aku mau masuk nih.
Kalo mau ngomong ntar aja pulang sekolah. Kalo sekarang aku nggak bisa. Aku
buru-buru banget, ada hukuman yang belum selesai nih. “ jawabku ketus dan
setelah aku selesai bicara, Topan langsung melepaskan genggamannya yang sangat
menyakitkan itu dan membiarkan aku masuk.
Saat penghukuman
berlangsung, Topan terus saja memandangku dengan sinis. Aku bingung?? Harusnya
kan yang melihatnya sinis aku, bukan dia yang melihatku sinis. Setiap aku
dijadikan bahan tertawaan, dia seperti marah sekali, padahal aku dan yang lain
termasuk panitia tertawa terbahak-bahak. Disaat semua makan siang, dia hanya diam
sambil memandangku sinis, aku nggak suka banget sama gaya pandangnya itu,
rasanya kaya aku nih teroris yang lagi diincar sama polisi aja. Sampai
akhirnya, “ Topan, kamu mau temenin aku ke perpus nggak?? “ ajak seorang teman
wanitanya. Aku sangat berharap kalo dia mau pergi dari hadapanku.
“ Maaf ya, aku lagi ada kerjaan, jadi nggak bisa nemenin
kamu. “ jawab Topan.
“ Kerjaan???Perasaan kamu
dari tadi cuma ngelamun aja disini?? “
“Iya, mending sekarang kamu pergi aja deh ganggu tau. “
jawabnya sok ganteng.
“ Oh, sory deh
kalo aku ganggu kamu. “ jawab si cewek sambil meninggalkan Topan.
Sasaat setelah
menolak ajakan temannya sepertinya Topan kembali menatapku sinis. Tapi mungkin
sekarang dia sedang kelimpungan mencari aku, karena sebelum Topan selesai
berbicara dengan temannya, aku langsung kabur dari tatapan sinisnya itu. Aku
pergi sejauh mungkin paling tidak sampai istirahat selesai. Aku pergi ketempat
yang nggak mungkin bisa dijangkau sama Topan. Kalian tau nggak aku ada dimana??
Aku sekarang lagi ngumpet di toilet cewek. Hahahaha, kalo di toilet cewek pasti
aman, soalnya, anak cowok kan nggak boleh masuk.
Sayangnya, jam istirahat yang tersisa hanya
tinggal beberapa menit aja. Baru aja sekitar 15
menit lalu aku menghilang dari tatapan sinis itu, sekarang bel tanda istirahat
selesai sudah berbunyi dan itu artinya aku harus berhadapan sama mata tajamnya
Topan lagi.
“ SEKARANG KALIAN BERBARIS SESUAI DENGAN REGU YANG SUDAH
DIBENTUK PADA HARI SENIN !!!!! “ teriak salah satu panitia dari podium.
Kami langsung
mengatur barisan kami masing-masing. Dan kesialan mulai datang bertubi-tubi
padaku. Kalian masih ingatkan sama panitia OSIS
yang menghukum aku pada harin pertama kemarin?? Dial ah orang yang
menjadi pembina reguku. Betapa jangkelnya aku pada orang itu. Ternyata namanya
cowok itu Dimas Anggada, dia ketua OSIS di SMA Pelita. Dia itu orang yang
terkenal karena prestasi dan kebaikannya. Tapi aku sama sekali nggak ngerasain
kalo dia itu baek. Dia malah jahat banget sama aku, dia sombong banget sama
aku. Pokoknya tingkahnya itu nyebelin banget.
“ Kalian semua pasti udah kenal sama Pembina
masing-masing kan ?? “ seru salah satu panitia dari atas podium.
“ SUDAH !!! “ jawab para siswa.
“ Bagus, kalian harus mengingat wajah Pembina kalian
masing-masing. Karena merekalah yang akan membina kalian pada saat perkemahan
penutupan MOS yang akan diselenggarakan besok. “ jawab panitia yang lain.
‘ Hah, besok??? Tapi kan Kak Nadin besok ada persiapan
tugas ke Jogja?? Aku harus bilang apa ke Kak Nadin??? ‘ gerutuku dalam hati. Aku
sebenarnya nggak tahu gimana kepastian yang dibuat Kak Nadin sama kantornya
itu, aku cuma bisa berharap Kak Nadin nggak jadi berangkat dalam waktu dekat
ini, aku nggak mau ngelewatin momen yang hanya bisa aku rasakan sekali seumur
hidupku .
“ Sekarang kalian boleh pulang, dan besok kalian harus
sudah berkumpul dihalaman sekolah jam setengah tujuh. MENGERTI ???? “ sambung
panitia yang lainnya member perintah.
Saat
perjalanan pulang….
“ TUNGGU !!!! “ terdengar teriakan yang sangat nyaring
dari belakang punggungku. Tapi aku tidak menghiraukan panggilan itu, toh nggak hanya aku yang ada dijalanan
ini, dan kalau pun orang itu berniat
manggil aku, harusnya dia menyertakan
nama. “FLORENCE, TUNGGU !!!! “ lanjut orang itu dengan berteriak lagi. Seketika
itu juga, langkahku terhenti seakan ada magnet yang menempel dibawah sepatuku.
Ku tengok orang yang memanggilku itu, ternyata, orang yang memanggilku adalah
Topan. Aku jadi ingat, tadi pagi sewaktu aku mau masuk kelas, aku sudah ada
janji memberi dia waktu bicara sepulang sekolah. Sebenarnya aku malas sekali
bicara dengan dia lagi, tapi aku mau nolak dia gimana lagi?? Aku udah janji dan
aku harus nepatin janji itu.
Suasana ditaman
ini sepi dan sunyi sekali. Ini lebih tepatnya disebut kuburan dari pada taman. Dari
15
menit
lalu samapai sekarang, Topan masih saja bungkam, dia nggak ngomong apa pun,
yang dia lakukan hanya melihat pemandangan dan sesekali melihatku dengan
tatapan yang dalam dan sarat dengan banyak pertanyaan. Aku sendiri juga
bingung, dia yany tadi maksa aku untuk bicara sama dia, sekarang aku udah
dihadapannya, dai malah diam tanpa kata aja. Sumpah, dia tuh terlalu banyak membuang waktu dalam hidupku aja. Sakarang dia
ngeliatin aku lama banget dan dalam banget. “ Flor, aku,…….. “ akhirnya dia bicara
juga, tapi lagi-lagi dia diam seribu bahasa. Kalimatnya hanya tergantung sampai
disitu.
“ Flor, aku sebenarnya mau………. “ lagi-lagi-lagi, dia
selalu menggantung kalimatnya.
“ Topan, kamu itu mau ngomong apa sih??? Keburu sore nih !!! “ kataku sedikit membentak. Aku
sudah tidak sabar lagi, aku juga masih banyak pekerjaan rumah. Dia malah asyik
ngegantungin kalimat-kalimatnya yang nyeleneh
itu .
“ Oke,oke. Aku sebenarnya mau tanya, e……… besok kamu ikut
kan camp??? “ jawabnya sedik lama, tapi sekarang manggantung kalimatnya nggak
lama-lama banget.
“ Jadi, dari tadi kamu ngebuang waktuku cuma mau tanya
itu??? Nggak banget deh. Mau tanya gitu aja lama…. banget. Aku nggak tau mau
ikut apa nggak, tergantung situasi. Udah deh, aku mau pulang dulu. Bye. “ tanpa mendengar dan menghiraukan
jawaban Topan, aku langsung pergi gitu aja. Habis aku udah males banget
nungguin dia ngomong lama banget.
Keesokan
harinya……..
Hari ini aku
udah mutusin kalau aku nggak akan ikut camp itu. Kemarin waktu Kak Nadin pulang,
dia seneng banget ternyata dia jadi dipindah tugasin sama bosnya ke Jogja. Impian
Kak Nadin dari kecil adalah pergi ke Jogja, anehkan??? Tapi itu emang
kenyataan. Melihat ekspresi Kak Nadin yang senang gitu, aku mana berani
ngerusak semua itu. Aku memutuskan nggak bilang apa-apa ke Kak Nadin. Sampai
pagi ini pun, Kak Nadin cuma tau
kalau aku libur setelah MOS. Kak Nadin nggak tau dan nggak akan pernah tau
kalau aku nggak ikut camp itu.
Sebenarnya aku
bisa aja ikut camp itu dan membiarkan rumah ini kosong, tapi, beberapa bulan
yang lalu tetangga sebelah rumah ini baru saja kerampokan. Aku nggak mau kalau
sampai mereka berhasil merampok rumah ini setelah merampok di tetangga sebelah.
Jadi, lebih baik aku jaga rumah saja. Apa lagi, beberapa minggu setelah
kejadian kerampokan itu rumah ini sering ditongkrongin sama orang-orang nggak
jelas, mereka selalu mangkal di warung depan rumah. Gimana nggak takut?? Kalau aku jagain rumah kan paling nggak aku
masih bisa lawan pakai jurus karate yang aku udah pelajari waktu SMP. Hehehe. Emang sih,
aku pasti masih kalah jumlah sama mereka, tapi aku kan bisa teriak dan minta
tolong warga sekitar. Kalau nggak ada yang mau nolongin, ya aku tinggal lari
aja kan?? Hehehehe. Kembali ke masalah awal, aku juga nggak mau bikin beban
yang berat lagi ke Kak Nadin, jadi, lebih baik aku nggak ikut camp itu.
“ Flor, bantu kakak dong, kakak
keberatan nih,. “ teriak Kak Nadin dari arah pintu membuyarkan lamunanku.
“ IYA KAK, TUNGGU BENTAR.!!!!!! “
jawabku sambil berlari kearah pintu depan. “ Oh Tuhan, kakak belanja banyak
amat sih?? Kakak habis gajian?? Perasaan gajian kan awal bulan atau akhir
bulan?? Lha, sekarang kan pertengahan bulan?? “ lanjutku ketika sampai didepan
pintu dan melihat Kak Nadin membawa banyak barang belanjaan.
“ Udah deh, kamu nggak usah banyak tanya
dulu. Nih, kamu bawa masuk aja belanjaannya, kakak capek banget. “ jawab Kak
nadin enggan menjelaskan.
“ Huh, kakak tuh, bisanya nyuruh sama
marah-marah aja. Aku kan juga lagi sibuk. “ kataku menggerutu sambil mengangkat
belanjaan Kak Nadin yang super berat.
“ Kamu taruh di dapur semua aja, nanti
kakak yang rapihin dilemari. Kamu ambilin kakak minum sekalian ya, kamu kan
baik. “ kata Kak Nadin.
“ Iya, kakak tuh, nyebelin banget. “ gerutuku lagi.
Satu jam kemudian…………
“ Kakak berangkat dulu ya Flor, kamu
jagain rumah yang bener. Jangan keluyuran nggak jelas, jangan, “
“ Aku udah tau kak, aku kan udah gede, aku tau apa yang harus aku lakukan
dan apa yang nggak harus aku lakukan. “ langsung aku potong saja kalimat Kak
Nadin, dari pada nanti makin panjang ceramahnya. Hehehehehe.
“ Oke,oke. Kakak nggak akan ngulangin
kalimat yang itu lagi. Ya udah deh, kakak berangkat aja. Bye. “ pamit Kak Nadin kedua kalinya.
“ Bye. “ jawabku sambil melambaikan
tangan tinggi karena Kak Nadin langsung memacu motornya. Begitu motor yang
dikendarai Kak Nadin lenyap di ujung jalan, aku langsung menutup pintu dan
melanjutkan aktifitas seperti biasa didalam rumah. Saat aku sedang asyik mengepel
lantai, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, aku langsung saja pergi melihat sang
tamu, tapi tidak dengan tangan kosong. Aku membuka pintu dengan sapu ditangan.
Hanya sekedar jag-jaga saja. Mungkin saja dia adalah orang yang mengincar rumah
ini dan berniat merampok, aku bisa saja langsung memukulnya dengan sapu ini dan
berteriak minta tolong. Hehehe.
Saat aku membuka pintu, sapu yang aku pegang semakin meninggi posisinya
dan semua organ tubuhku kini berstatus siaga tingkat 3. Tetapi semua itu tidak berlangsung
lama karena sang tamu ternyata adalah orang yang sudah aku kenal dengan baik,
bahkan bisa jadi sekarang sangat aku benci. Dia adalah TOPAN. Aku berpikir
sejenak, bukannya sekarang seharusnya dia pergi bersama anggota camp yang
lain?? Tapi kenapa dia malah berdiri disini?? “ Kamu ngapain disini?? Bukannya
kamu ikut camp ya?? “ tanyaku langsung tanpa menyapa atau mempersilahkan masuk.
“ Flor, aku nggak jadi ikut camp itu
kok. Aku kesini mau ketemu dan ngomong sama kamu. Bisa kan ?? “ jawab Topan dengan
alis sedikit terangkat.
“ Kamu mau ngomong apa lagi sama aku ???
Kan kemarin sepulang sekolah udah?? “ jawabku juga dengan alis terangkat tanda
terkejut.
“ Ada hal yang kemarin belom aku
sampaikan ke kamu, jadi sekarang aku mau ngomong dangan padat , jelas, dan
singkat. Aku janji waktunya nggak akan selama kemarin kok. Bisa ?? “
“ Bisa sih, tapi aku cuma ada waktu
sekitar sepuluh menit aja. Gimana ?? “
“ Iya deh nggak apa. “
“ Ehm….. kamu mau ngobrol disini apa
didalam rumah ??? “
“ Disini aja juga nggak apa kok, kan
cuma mau ngobrol sebentar. “
“ Oh, oke. Kamu mau ngomong apa ???
“ kini sapu ditangaku sudah benar-benar
menyentuh lantai.
“ Aku mau ngajak kamu ketemuan di kafe
yang deket sekolah bisa nggak ntar sore jam lima gitu,? “
“ Ntar sore jam lima, kayaknya sih bisa,
tapi aku nggak janji. Soalnya aku juga mesti ijin ke kakak aku dulu? “
“ Oke, kamu sms aja aku. Kamu masih
nyimpan nomer hp ku kan?? “
“ Iya kok masih ada. “
“ Ya udah aku pamit dulu. Makasih
waktunya. Maaf kalau aku ganggu kamu. Misi. “
Kembali ke masalah nomor HP Topan, kemarin waktu MOS aku sempat bertukar
nomor HP sama Topan. Awalnya sih dia duluan yang minta, tapi karna aku masih
ingat kesopanan, jadilah aku minta bilik nomor HP-nya si Topan itu. Masalah
nomor HP kayaknya udah nggak perlu dibahass lagi kan ?? Jadi kita kembali ke topik
awal pembicaraan aja ya . Sebenarnya aku
udah males banget berurusan sama orang yang namanya Topan, tapi aku juga
penasaran sama apa yang mau di omongin sama Topan, kenapa dia harus ngundurin
waktunya lagi buat ngomong ??
Saat jam lima lebih
tiga puluh sore di kafe dekat sekolah…..
“ ini anak kemana sih, kok janjinya jam
lima sore tapi jam segini belum nongol juga, huh dasar cowok nyebelin !!! “
dari jam lima lebih lima tadi sebenarnya Florence sudah sampai di kafe itu.
Bahkan Florence sempat berniat meminta maaf
karena keterlambatannya, eh,, malah sekarang si cowoknya nggak
nongol-nongol.
Jam
sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi cowok itu belum juga muncul di kafe
itu. Florence mulai curiga, jangan-jangan si Topan memang sengaja menjebaknya
untuk di permalukan besok di sekolah ?? Huh, dari pada nungguin nggak jelas,
akhirnya Florence memilih untuk pulang dan belajar untuk ulangan sejarah
besok.
Keesokan harinya di SMA Pelita ….
“ Hai, sori yah, kemarin aku nggak bisa
dateng di kafe itu, aku…. “ belum sempat Topan menyelesaikan kalimatnya,
Florence langsung saja meninggalkan cowok itu sendiri. Florence langsung
berjalan ke kelas tanpa memperhatikan lagi Topan. Andai saja waktu itu Topan
datang menepati janjinya, pasti sekarang mereka sudah damai seperti pertama
bertemu, tapi sayangnya Topan tidak datang dan mengecewakan Florence. Jadilah
sekarang Florence semakin menghindari dirinya. Florence sudah muak dengan
tingkah Topan yang seenaknya sendiri.
“ Flor, aku masih mau ngomong sama kamu
!!! Tunggu dong !! “ teriaknya pada Florence, tapi sayangnya orang yang di
panggil malah tidak menggubris.
-continued-
